http://picasion.com/

Persiapan Kaum Anshor Untuk Menggempur Kaum Quraisy

Persiapan Kaum Anshor Untuk Menggempur Kaum Quraisy

Ketika mendengar suara syaithan tersebut, al-'Abbas bin 'Ubadah bin Nadllah berkata, "Demi Dzat Yang mengutusmu dengan al-Haq, jika engkau menghendaki, maka kami besok akan membuat tunduk penduduk Mina dengan pedang-pedang kami ini." Lantas Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda, "Kita tidak diperintahkan demikian, akan tetapi kembalilah kalian ke barak masing-masing." Lantas merekapun kembali dan tidur hingga pagi hari.


Kaum Quraisy Mengajukan Protes Kepada Para Pemimpin Yatsrib

Ketika berita tersebut telah sampai ke telinga kaum Quraisy terjadilah kegemparan di tengah mereka yang menimbulkan ketidakstabilan dan kesedihan karena mereka sebenarnya sangat mengetahui persis apa ekses yang akan disemai oleh bai'at seperti itu dan akibatnya langsung terhadap diri dan harta mereka. Maka, begitu pagi menyingsing, berangkatlah rombongan besar yang terdiri dari para pemimpin Mekkah dan para penjahat kelas kakapnya menuju perkemahan penduduk Yatsrib guna mengajukan protes keras terhadap dilaksanakannya perjanjian ini. Mereka berkata, "Wahai Para khalayak suku Khazraj! Sesungguhnya telah sampai berita ke telinga kami bahwa kalian telah mendatangi shahib (teman, maksudnya Nabi Muhammad-red) kami ini untuk kalian bawa keluar dari belakang kami dan membai'atnya dalam upaya menyerang kami. Dan, sesungguhnya demi Allah, tidak ada satu perkampunganpun dari perkampungan yang dihuni bangsa Arab yang lebih kami benci bergejolaknya perang antara kami dan mereka selain kalian."

Manakala kaum Musyrikin suku Khazraj tidak tahu menahu soal bai'at tersebut karena dilakukan dengan penuh rahasia dan di bawah kegelapan malam, maka mereka-mereka ini langsung bangkit untuk bersumpah atas nama Allah, "Tidak terjadi hal seperti itu dan kami tidak mengetahuinya." Hingga datanglah mereka menghadap 'Abdullah bin Ubay bin Salul yang langsung menyeletuk berkata, "Ini berita batil, bukan seperti ini kejadiannya dan kaumku tidak akan ada yang berani lancang terhadapku seperti ini. Andaikata aku berada di Yatsrib niscaya kaumku tersebut tidak berani berbuat seperti itu terhadapku hingga menunggu perintahku dulu."
Sementara kaum Muslimin di kalangan mereka, satu sama lain saling melirik, kemudian membungkam diri, tidak seorangpun dari mereka yang berbicara, menyanggah ataupun membenarkan.
Pada pemuka Quraisy lebih cenderung membenarkan kaum Musyrikin, lalu pulang dengan tangan hampa

Kepastian Berita Bagi Quraisy Dan Upaya Mengusir Para Peserta Bai'at

Para pemimpin Mekkahpun pulang dalam kondisi semi yakin terhadap kebohongan berita tersebut, akan tetapi mereka masih melacak terus informasi tentangnya dan mengkajinya secara seksama hingga akhirnya mereka yakin bahwa sebenarnya berita itu benar adanya dan pembai'atan benar-benar telah terjadi. Berita tersebut diketahui setelah para jema'ah haji pulang ke negeri mereka masing-masing. Para pasukan berkuda kaum Quraisy bergegas menguber orang-orang Yatsrib. Namun semua ini ibarat nasi telah jadi bubur, hanya saja rupanya mereka sempat memergoki Sa'd bin 'Ubadah dan al-Mundzir bin 'Amr, lalu langsung mengusir mereka. Terhadap al-Mundzir, mereka tidak dapat berbuat banyak sedangkan terhadap Sa'd, mereka menangkapnya, kedua tangannya diikat ke lehernya dengan tali kendaraannya, lalu mereka memukulnya, menyeretnya dan mencambak rambutnya hingga memasuki kota Mekkah. Tak berapa lama, datanglah al-Muth'im bin 'Adiy dan al-Hârits bin Harb bin Umayyah yang membebaskannya dari tangan mereka. Hal ini dapat terjadi, karena Sa'd rupanya pernah memberikan perlindungan kepada kafilah kedua orang tersebut untuk lewat di Madinah. Ketika mereka kehilangan jejak Sa'd, kaum Anshor melakukan musyawarah untuk kembali mengambilnya, namun tiba-tiba dia sudah muncul di hadapan mereka sehingga semua kaum Anshor ini akhirnya meneruskan perjalanan hingga sampai ke Madinah.

Itulah Bai'at 'Aqabah yang lebih dikenal dengan Bai'at 'Aqabah Kubro yang berlangsung dalam suasana yang diliputi rasa cinta, loyalitas, solidaritas antar sesama kaum Mukminin yang terpencar-pencar, saling percaya, keberanian dan kepahlawanan di dalam menempuh jalan ini. Seorang Mukmin dari kalangan penduduk Yatsrib tentu amat empati terhadap saudaranya yang tertindas di Mekkah, fanatik terhadapnya, murka terhadap orang yang menzhaliminya serta bergemuruh di seluruh persendian tubuhnya perasaan kasih terhadap saudaranya ini yang dicintainya dari kejauhan di dalam Dzat Allah.

Curahan-curahan hati dan perasaan-perasaan seperti ini bukan muncul akibat adanya hubungan ras yang hanya numpang lewat dan sewaktu-waktu bisa saja redup akan tetapi ia bersumber dari keimanan kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya. Keimanan yang tidak akan luntur di hadapan kekuatan-kekuatan zhalim dan musuh manapun. Keimanan yang bila semilirnya telah berhembus, maka ia akan membawa sesuatu yang menakjubkan terhadap 'aqidah dan praktiknya. Dengan keimanan seperti ini kaum Muslimin mampu menorehkan berbagai pekerjaan di atas lembaran-lembaran masa, meninggalkan bekas padanya, tiada padanannya di masa lampau dan kontemporer serta tidak akan ada pula pada masa yang akan datang.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Translate