Saudara – saudari ku, Sejak awal-awal rasulullah berjuang untuk menyebarkan
islam rasulullah sudah menghadapi
tantangan dari mulai yang bersifat psikologis ataupun yang bersifat fisik.
Rasulullah
Saw seorang yang mulia dikatakan Gila oleh orang yang tak menyenangi perjuangan
beliau _dan mereka berkata: "Hai
orang yang diturunkan kepadanya adz-Dzikr (al-Qur'an), sesungguhnya engkau
adalah orang yang benar-benar gila". (Q.S.15/ al-Hijr: 6)
Merekapun
mengatakan beliau tukang Sihir _"Dan mereka heran karena mereka kedatangan
seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir
berkata :"ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta". (Q.S.
38/Shaad: 4)
Pernah
Rasulullah duduk bersama-sama dengan para sahabat yang terdiri dari kaum yang Lemah ( mustadh’afun) Lalu orang-orang
kafir itu dengan seenaknya sendiri mengatakan orang-orang semacam itukah diantara kita yang diberi anugerah oleh Allah
kepada mereka?". (Q.S. 6/al-An'am: 53)
Para pembenci rasulullah tidak hanya membenci
beliau namun juga membenci ajaran beliau dan menghalangi orang lain untuk tidak
menerima ajaran islam, “ Jika Rasulullah
saw selesai mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia maka an-Nadhar bin al-Harits salah satu penghalang
da’wah rasul datang kemajelis tersebut dan mengisahkan kepada mereka tentang
cerita raja-raja Persia, Rustum dan Asvandiar. Setelah itu, dia berceloteh:
"Kalau begitu, bagaimana bisa ucapan Muhammad lebih bagus dari ucapanku
ini?". Untuk menyaingi apa yang di
sampaikan oleh rasulullah itu.
Ujian-ujian
di atas dirasa oleh kaum kaffirin tidak bisa melemah da’wah rasul maka segera
mereka bermusyawarah dan mengambil langkah yang lebih Ekstrim yaitu Menyiksa Para
Pengikut rasulullah Saw.
Abu Jahal, jika mendengar seorang laki-laki masuk Islam,
berketurunan bangsawan serta memiliki perlindungan (suaka), maka dia mencaci,
menghina serta mengancamnya dengan mengatakan bahwa dia akan membuatnya
mengalami kerugian materil dan psikologis. Sedangkan bila orang tersebut lemah
maka dia menggebuk dan menghasutnya.
Ustman
bin Affan di gulung oleh pamanya dengan tikar lalu Asapi dari bawahnya.
Mush'ab
bin 'Umair, manakala ibundanya mengetahui keislamannya, membiarkan dirinya
kelaparan dan mengusirnya dari rumah padahal sebelumnya dia termasuk orang yang
hidup berkecukupan. Lantaran tindakan ibundanya tersebut, kulitnya menjadi
bersisik layaknya kulit ular.
Shuhaib
bin Sinan ar-Rumy disiksa hingga kehilangan ingatan dan tidak memahami apa yang
dibicarakannya sendiri. Astaghfirullah
Bilal, maula
Umayyah bin Khalaf al-Jumahi mengalami perlakuan yang sangat kejam dari
majikannya. Pundaknya diikat dengan tali lantas tali tersebut diserahkan kepada
anak-anak kecil untuk diseret dan dibawa keliling sepanjang pegunungan Mekkah.
Akibatnya, bekas tali tersebut masih nampak di pundaknya. Umayyah, sang majikan
selalu mengikatnya kemudian menderanya dengan tongkat. Kadang ia dipaksa duduk
di bawah teriknya sengatan matahari. Ia juga pernah dipaksa lapar. Puncak dari
itu semua adalah saat dia dibawa keluar pada hari yang suhunya sangat panas,
kemudian dibuang ke Bathha' (tanah lapang berkerikil) Mekkah. Setelah itu, ia
ditindih dengan batu besar dan ditaruh ke atas dadanya. Ketika itu, berkata
Umayyah kepadanya:"Tidak, demi Allah! engkau akan tetap mengalami seperti
ini sampai engkau mati atau engkau kafir terhadap (ajaran) Muhammad dan
menyembah al-Laata dan al-'Uzza". Meskipun dalam kondisi demikian, ia
tetap berteriak: "Ahad, Ahad". Mereka terus menyiksanya hingga suatu
hari Abu Bakar melewatinya, lalu membelinya dan menukarkannya dengan seorang
anak berkulit hitam. Ada riwayat yang mengatakan: dengan tujuh uqiyyah (satu
uqiyyah= 12 dirham atau 28 gram-red) atau lima uqiyyah dari perak, kemudian
beliau memerdekakannya.
'Ammar
bin Yasir maula Bani Makhzum sekeluarga radhiallaahu 'anhum ; dia, ayahnya dan
ibunya yang masuk Islam tak luput dari penganiayaan. mereka diseret keluar
menuju al-Abthah (suatu tempat di Mekkah) oleh kaum Musyrikin yang dipimpin
oleh Abu Jahal. Saat itu suhu udara sangat panas dan menyengat. Maka dalam
kondisi seperti itulah mereka menyiksa keluarga tersebut. Ketika mereka sedang
menjalani siksaan, Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam melintas di hadapan mereka
sembari bersabda: "Bersabarlah wahai Ali Yasir (keluarga besar Yasir)!
Sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga". Yasir,
ayahnya meninggal dunia dalam siksaan tersebut sedangkan ibunya, Sumayyah
ditusuk oleh Abu Jahal dari arah qubulnya dengan tombak dan meninggal dunia
seketika. Dialah syahidah (wanita yang mati syahid) pertama dalam Islam.
Setelah itu, kaum Musyrikin tersebut meningkatkan frekuensi siksaan mereka
terhadap 'Ammar; terkadang dengan menjemurnya saja, terkadang dengan meletakkan
batu besar yang memerah (saking panasnya) diatas dadanya dan terkadang dengan menenggelamkannya
alias membenamkan mukanya ke dalam air. Kala itu, mereka berkata kepadanya:
"kami tidak akan terus menyiksamu hingga engkau mencaci Muhammad atau
mengatakan sesuatu yang baik terhadap al-Laata dan al-'Uzza. Maka, dia pun
secara terpaksa menyetujui hal itu. Setelah itu dia mendatangi Nabi sambil
menangis dan meminta ma'af atas kejadian tersebut kepada beliau Shallallâhu
'alaihi wasallam. Ketika itu, turunlah ayat: "Barangsiapa yang kafir
kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan dari Allah), kecuali
orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak
berdosa)…". (Q.S. 16/an-Nahl: 106).
Abu
Fakihah – namanya Aflah – seorang maula Bani 'Abdi ad-Daar mukanya
dijerembabkan oleh kaum Musyrikin ke tanah yang melepuh oleh terik matahari,
kemudian diletakkan diatas punggungnya sebuah batu besar hingga dia tak dapat
bergerak lagi. Dia dibiarkan dalam keadaan demikian hingga hilang ingatan.
Suatu kali, mereka mengikat kakinya dengan tali, lalu menyeretnya dan melemparkannya
ke tanah yang melepuh oleh terik matahari seperti yang dilakukan terhadapnya
sebelumnya, kemudian mencekiknya hingga mereka mengira dia telah mati. Saat
itu, Abu Bakar melewatinya lalu membeli dan memerdekakannya karena Allah
Ta'ala.
Khabbab
bin al-Aratt, maula Ummi Anmaar binti Siba' al-Khuza'iyyah disiksa oleh kaum
Musyrikin dengan aneka siksaan; rambutnya mereka jambak dengan keras sekali,
lehernya mereka betot dengan kasar lalu melemparkannya ke dalam api yang
membara kemudian –dalam kondisi demikian- jasadnya mereka tarik sehingga api
itu terpadamkan oleh lemak yang meleleh dari punggungnya
Dari
kalangan budak Muslimah, terdapat riwayat Zunairah, an-Nahdiyyah dan Ummu
'Ubais. Tatkala mereka masuk Islam, kaum Musyrikinpun melakukan penyiksaan
terhadap mereka sama seperti yang telah dilakukan terhadap para shahabat
sebelumnya diatas.
Dan
masih banyak yang lainya..
Di
rasa oleh kaffiri Quroisy cara di atas masih saja tidak dapa melumpuhkan da’wah
islam karena rasulullah TAK MENGENAL
BERHENTI UNTUK BERDA’WAH Maka mereka
mendatngi paman rasulullah dan mengancam beliau. Mereka berkata "wahai Abu Thalib! Sesungguhnya kami
menghargai usia, kebangsawanan dan kedudukanmu. Dan sesungguhnya pula, kami
telah memintamu menghentikan gelagat keponakanmu itu, namun engkau tidak
melakukannya. Sesungguhnya kami, demi Allah! tidak akan mampu bersabar atas
perbuatan mencela nenek moyang kami, membuyarkan impian kami dan mencemooh
tuhan-tuhan kami hingga engkau mencegahnya sendiri atau kami yang akan membuat perhitungan
dengannya dan denganmu sekaligus. Setelah itu, kita lihat siapa diantara dua
kelompok ini yang akan binasa..”
Apakah
dengan berbagai ujian-ujian berat itu rasulullah berhenti untuk berdakwah,
berhenti untuk berjuang tidak Tidak dan TIDAK.......rasulullah justru
mengatakan dengan kata-kata yang penuh dengan semangat dan motivasi dengan
perkataan yang keluar dari hati yang di selimuti cahaya iaman yaitu “"wahai pamanku! Demi Allah! andaikata
mereka letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan agama ini -hingga Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya-
niscaya aku tidak akan meninggalkannya". Beliau mengungkapkannya
dengan berlinang air mata dan tersedu, lalu berdiri untuk berpaling namun
ketika itu, pamannya memanggilnya dan menghampirinya sembari berkata:
"Pergilah wahai keponakanku! Katakanlah apa yang engkau suka, demi Allah!
aku tidak akan pernah selamanya menyerahkanmu kepada siapapun!". Lalu dia
merangkai beberapa untai bait (artinya)
Demi Allah! mereka semua tidak akan dapat
menjamahmu
Hingga aku terkubur berbantalkan tanah
Berterang-teranganlah dengan urusanmu, tiada cela bagimu
Bergembira dan bersuka citalah dengan hal itu.
Hingga aku terkubur berbantalkan tanah
Berterang-teranganlah dengan urusanmu, tiada cela bagimu
Bergembira dan bersuka citalah dengan hal itu.
Pernah ada
sahabat yang datang mengadu kepada rasulullah _ Mengapa rasul tidak memintakan
kepada Allah pertolongan untuk kami, mengapa anda tidak mendo’akan kami.
Krmudian rasulullah saw menjawab keluhan itu :
“Telah terjadi sebelum kamu penyiksaan kepada seorang
lelaki, di gali baginya kuburan di tanah dan di masukan kedalamnya, kemudian di
datangkan gergaji untuk di letakkan di atas kepalanya dan di jadikan dua bagian
.setelah itu disisir dengan sisir yang terbuat dari besi dengan memisahkan
daging dan tulangnya . Namun siksaan tersebut sama sekali tidak mengubah dia dari
agama Allah. Demi Allah. Sungguh Allah menginginkan perkara ini sehingga
seorang pengendara dari shan’a sampai hadhramaut tidak takut kecuali
hannya kepada Allah,serta tidak takut
akan kambingnya kecuali srigala, akan tetapi anda sekalian terburu-buru
Patut
pembaca fahami bahwa rasulullah bukan hanya di uji dengan kesusahan namun ia
pun pernah di tawari dengan berbagai tawaran duniawi “
Dengarlah! Aku ingin menawarkan beberapa hal
kepadamu lantas bagaimana pendapatmu tentangnya?. Semoga saja sebagiannya dapat
engkau terima”.
“wahai Abu al-Walîd! katakanlah, aku akan
mendengarkannya!”, jawab Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam .
“wahai anak saudaraku! Jika apa yang engkau
bawa itu semata hanya menginginkan harta, kami akan mengumpulkan harta-harta kami
untukmu sehingga engkau menjadi orang yang paling banyak hartanya diantara
kami; jika apa yang engkau bawa itu semata hanya menginginkan kedudukan, maka
kami akan mengangkatmu menjadi tuan kami hingga kami tidak akan melakukan
sesuatupun sebelum engkau perintahkan; jika apa yang engkau bawa itu semata
hanya menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu menjadi raja; dan jika
apa yang datang kepadamu adalah jin yang engkau lihat dan tidak dapat engkau
mengusirnya dari dirimu, kami akan memanggilkan tabib untukmu serta akan kami
infakkan harta kami demi kesembuhanmu, sebab orang terkadang terkena oleh jin
sehingga perlu diobati”, katanya - atau sebagaimana yang dia katakan- hingga
akhirnya ‘Utbah selesai dan Rasulullah mendengarkannya
Dia
menjawab: “ya”.
Beliau berkata: “ Nah, sekarang dengarkanlah dariku!”.
Dia menjawab: “ya, akan aku dengar”.
Beliau berkata: “ Nah, sekarang dengarkanlah dariku!”.
Dia menjawab: “ya, akan aku dengar”.
Beliau
membacakan firmanNya (surat Fushshilat dari ayat 1-5) artinya :” Hâ mîm [1].
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang [2]. Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam Bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui [3]. Yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi
kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan
[4]. Mereka berkata: ‘hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang
kamu seru kami kepadanya..[5]”.
Kemudian
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam melanjutkan bacaannya.
Tatkala ‘Utbah mendengarnya, dia malah diam serta khusyu’ mendengarkan sambil bertumpu diatas kedua tangannya yang diletakkan dibelakang punggungnya hingga beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam selesai dan ketika melewati ayat sajadah, beliau bersujud. Setelah itu, beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: “wahai Abu al-Walîd, engkau telah mendengarkan apa yang telah engkau dengar tadi. Sekarang terserah padamu”.
‘Utbah bangkit dan menemui para shahabatnya. Melihat kedatangannya, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain:
“kami bersumpah atas nama Allah! sungguh Abu al-Walid telah datang kepada kalian dengan raut muka yang berbeda dengan sewaktu dia pergi tadi”.
Tatkala ‘Utbah mendengarnya, dia malah diam serta khusyu’ mendengarkan sambil bertumpu diatas kedua tangannya yang diletakkan dibelakang punggungnya hingga beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam selesai dan ketika melewati ayat sajadah, beliau bersujud. Setelah itu, beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: “wahai Abu al-Walîd, engkau telah mendengarkan apa yang telah engkau dengar tadi. Sekarang terserah padamu”.
‘Utbah bangkit dan menemui para shahabatnya. Melihat kedatangannya, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain:
“kami bersumpah atas nama Allah! sungguh Abu al-Walid telah datang kepada kalian dengan raut muka yang berbeda dengan sewaktu dia pergi tadi”.
Itulah rasulullah dia tidak
berhenti, tidak mengiyakan tawaran duniawi yang menggiurkan,itulah rasulullah
atas pertolongan Nya atas ayat-ayatnya yang senantiasa menguatkan hati
rasulullah beliau tidak berhenti berdakwah,
Wahai
saudaraku Berlarilah menuju cita-citamu
jangan berhenti mohonlah pertolongan
Allah karena sesungguhnya pertolongan Allah amatlah Dekat .. dekat dan DEKAT
SEKALI...
0 komentar:
Post a Comment