1. Pada tanggal 5 Ramadhan 8 H. Rasulullah saw. mengirim Khalid bin
Walid bersama 30 orang penunggang kuda untuk menghancurkan berhala Uzza yang
terletak di Nakhlah. Ketika Khalid pulang ke Mekah, Khalid ditanya oleh
Rasulullah saw., "Apakah kamu melihat sesuatu?" 'Tidak' jawab Khalid. Rasul pun bersabda, "Sesungguhnya, kamu belum berhasil membinasakannya. Maka dari
itu, kembalilah kamu ke sana dan
binasakanlah."
Khalid pun kembali lagi ke sana dengan perasaan geram
sekali sambil menghunuskan pedangnya. Tiba-tiba muncullah ke hadapannya seorang
perempuan telanjang bulat, berkulit hitam dengan rambut kusut masai. Melihat
itu, juru kunci rumah berhala itu berteriak memanggilnya. Akan tetapi, makhluk
berwujud perempuan itu segera dihantam oleh Khalid hingga terbelah menjadi
dua.
Selanjutnya, pulanglah Khalid kepada Rasulullah saw. dan melaporkan
kejadian itu. Beliau bersabda, "Ya,
itulah Uzza. Dia benar-benar tidak punya harapan lagi untuk disembah di negerimu
ini buat selama-lamanya".
2. Rasulullah saw. pun mengirim Amr bin Ash pada bulan
yang sama, supaya mendatangi dan menghancurkan berhala Suwa'. Suwa' adalah
sebuah patung berhala milik kaum Hudzail yang ada di Rihath, sebuah tempat yang
terletak tiga mil jauhnya dari Mekah.
Amr pun bergerak mendekati patung itu lalu menghajarnya
dan menyuruh teman-temannya merobohkan bangunan tempat penyimpanan patung
tersebut. Ternyata, mereka tidak menemukan apa-apa di sana. Karena itu, mereka
kemudian bertanya kepada juru kunci itu, "Apa yang kamu lihat?" 'Saya berserah diri kepada Allah, "
jawabnya.
3. Pada bulan ini pula, Rasulullah saw. mengirim Sa'ad
bin Zaid al-Asyhali bersama 20 orang penunggang kuda untuk mendatangi berhala
Manat yang ada di Musyallal dekat Qudaid. Ketika Sa'ad menghampiri patung
berhala itu, berkata juru kunci kepadanya,
"Mau apa kamu"? 'Mau menghancurkan berhala Manat," kata
Sa'ad. 'Lakukanlah kalau kamu berani', kata juru kunci. Sa'ad pun lalu bergerak menghampiri patung berhala itu.
Tiba-tiba muncullah seorang perempuan telanjang bulat, berkulit hitam dengan
rambut kusut masai, menjerit-jerit dengan memukuli dadanya sendiri seraya
mengucapkan, "Celaka, celaka!" Berkatalah juru kunci kepadanya, "Hai Manat, itu
ada yang mau durhaka terhadapmu". Dengan serta merta, dihantamlah makhluk
berwujud perempuan itu oleh Sa'ad sampai roboh tidak berkutik. Selanjutnya,
Sa'ad menghampiri patungnya lalu dihajarnya pula sampai hancur luluh, tanpa
menemui apa pun dalam rumah peribadahan itu.
4. Sepulangnya Khalid bin Walid dari membinasakan
berhala Uzza, Rasulullah saw. mengirimnya lagi menuju Bani Jadzimah sebagai
da'i, bukan sebagai perutusan perang.
Begitu melihat kedatangan Khalid, penduduk negeri itu
segera mengambil senjata mereka. Akan tetapi, Khalid memperingatkan mereka,
"Letakkan senjata kalian karena semua orang saat ini telah masuk Islam". Akan
tetapi, setelah mereka menuruti ucapan Khalid, tiba-tiba dia menyuruh agar
mereka ditangkap, kemudian diseret ke pembantaian. Akhirnya, terbunuhlah sekian
banyak di antara mereka.
Setelah berita pembunuhan itu sampai kepada Rasulullah saw., beliau
mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri kepada-Mu dari
perbuatan yang dilakukan Khalid bin Walid." Sesudah itu, beliau memanggil Ali bin Abi Thalib ra. lalu beliau
memerintahkan, "Hai Ali, berangkatlah kamu menemui orang-orang itu.
Perhatikanlah bagaimana keadaan mereka dan injaklah kebiasaan jahiliah di bawah
telapak kakimu."
Berangkat Ali menemui Bani Jadzimah dengan membawa sejumlah harta
yang sengaja dikirim Rasulullah saw. bersamanya. Sesampai di sana, Ali membayar
diyat (tembusan) kepada mereka atas keluarga mereka yang terbunuh maupun
harta benda mereka yang rusak. Bahkan, sampai kayu pendulang tempat memberi
makan anjing pun dibayarnya pula. Akhirnya setelah tidak ada lagi yang wajib
dibayar, baik jiwa maupun harta, rupanya masih ada sisa harta di tangan Ali.
Berkatalah Ali ra. kepada mereka, yakni setelah segala sesuatunya telah selesai,
"Masih adakah jiwa maupun harta yang belum dibayar diyat-nya kepada kalian?"
"Tidak ada lagi," kata
mereka.
Ali berkata, "Sesungguhnya, aku hendak memberikan kepada
kalian sisa harta ini, sebagai sikap kehati-hatian Rasulullah saw. atas apa yang
beliau ketahui, sedangkan kalian sendiri tidak
mengetahuinya."
Setelah semua beres, Ali pun pulang menemui Rasulullah saw. lalu
melaporkan segala sesuatunya. Beliau bersabda, "Kamu benar dan kamu telah berbuat
kebajikan."
Selanjutnya, Rasulullah saw. berdiri tegak menghadap kiblat seraya
mengangkat kedua belah tangannya setinggi-tingginya, sampai ketiak beliau
benar-benar terlihat. Beliau mengucapkan tiga kali lagi kata-katanya yang tadi,
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri kepada-Mu dari
perbuatan yang telah dilakukan Khalid bin
Walid."
Di antara pelajaran yang bisa dipetik dari delegasi yang
dipimpin Khalid ini ialah, betapa sigap dan luar biasa cepat gerakan Rasulullah
saw. dalam menanggapi suatu keadaan yang gawat, sehingga dapat mengatasi keadaan
itu sebelum terlambat.
Tidak ada yang lebih fasih dalam mengungkapkan kejadian
tersebut selain mimpi yang dilihat Rasulullah saw. dalam tidurnya, yang kemudian
beliau ceritakan,
"Aku bermimpi seolah-olah aku memakan
hais[3],
enak rasanya. Tapi kemudian, ada sebagian yang melintang di tenggorokanku ketika
ku telan. Maka Ali memasukkan tangannya untuk
mencabutnya."
Mendengar uraian mimpi itu, Abu Bakar Shiddiq berkata,
"Ya Rasulullah, ini adalah salah satu delegasi yang engkau kirim. Di antara
delegasi-delegasi itu ada yang akan datang kepadamu dengan membawa sebagian
hasil yang engkau sukai dan ada pula yang mengalami suatu hambatan, lalu engkau
kirim Ali untuk mengatasinya."
Barangkali suatu hal paling membahayakan yang berhasil
diselamatkan oleh Ali ra., adalah nama baik kaum muslimin, yakni ketika tersebar
berita di kalangan kabilah-kabilah Arab bahwa kaum muslimin curang dan bahwa
kaum muslimin akan membantai siapa pun yang melawan mereka, sekalipun telah
masuk Islam. Tersebarnya isu ini, bila tidak langsung diikuti dengan berita
pelurusan masalah, yang diharapkan bisa memperbaiki kekeliruan dan menghilangkan
pengaruh-pengaruhnya, niscaya akan menjadi penghalang besar bagi siapa pun untuk
masuk Islam.
Masih ada sisi yang lain lagi, yaitu sikap Khalid yang
tetap pada pendiriannya ketika dia berani berdebat dengan orang semisal
Abdurrahman bin 'Auf ra. padahal tokoh yang satu ini tergolong kaum Muhajirin
angkatan pertama. Sesungguhnya, tokoh besar semacam Khalid, yang telah sekian
lama mendapat sanjungan di mana-mana, memang harus dihentikan dari kekeliruannya
ketika melakukan kekeliruan dan harus dicegah dari kesombongannya, sehingga
tindakan-tindakannya akan senantiasa dipagari dengan rambu-rambu Islam, yang
diharapkan bisa mengeremnya ketika hendak berlaku
sewenang-wenang.
Sesungguhnyalah, kata-kata
Rasulullah saw. kepada Khalid merupakan pelajaran paling keras yang pernah
diterimanya seumur hidup, yaitu suatu pelajaran dalam kerangka pendidikan yang
harus diberikan kepada seorang panglima besar semacam dia, supaya dia
mempelajari prinsip-prinsip dan metode-metode da'wah, yaitu ketika Rasulullah
saw. bersabda kepadanya, "Biarkan sahabat-sahabatku. Karena, kalaupun kamu membelanjakan
emas sebesar Gunung Uhud, kamu tetap takkan bisa mengimbangi satu mud atau
separonya dari mereka." Menurut suatu riwayat lain, "Kamu takkan bisa mengimbangi keberangkatan seorang pun dari
sahabat-sahabatku di waktu pagi maupun sore."
Sungguh ini merupakan pelajaran pedagogis (tarbiyah) terpenting yang diterima Khalid dalam
hidupnya.
Dari pelajaran yang terakhir ini, kita simpulkan bahwa
kesalahan-kesalahan sesama teman, baik yang duduk di pimpinan ataupun di
kalangan anggota, harus diatasi secara tepat dan dimintai pertanggung-jawaban
atas kesalahannya. Walaupun demikian, bukan berarti dia harus dijatuhkan, atau
dicopot, atau dilucuti dari jabatannya, atau dilucuti segala potensi, kemampuan,
dan bakat-bakatnya. Jamaah yang bijak ialah jamaah yang dapat memelihara bukan
hanya para pemimpinnya, melainkan juga prajuritnya yang terendah sekali pun.
Sangatlah jauh perbedaan antara meminta pertanggung-jawaban terhadap orang yang
melakukan kesalahan sesuai batas-batas yang semestinya dan membinasakannya sama
sekali. Peristiwa Bani Jadzimah sangatlah nyata memberikan penjelasan soal
ini.
5. Penghacuran berhala Lata. Rasulullah saw. menyuruh
Abu Sufyan bin Harb dan Mughirah bin Syu'bah memimpin perjalanan mereka, dengan
tujuan menghancurkan berhala Lata.
Keluarlah para wanita Tsaqif sambil menangis menyesali hancurnya berhala
mereka. Mereka berkata,
Lata pasti
menangis
Melakukan
perlawanan
Orang-orang yang masih menyusu itu
membiarkannya
Mereka tak pandai gunakan
pedang
Untuk berbuat onar
Akan tetapi, Abu Sufyan dan Mughirah tetap menghajarnya
dengan kapak sambil berkata, "Mampuslah kau!"
Itulah perencanaan Nabi yang demikian jelas,
patung-patung berhala itu harus dihancurkan oleh mereka yang dulu paling rajin
menyembah dan memujanya. Demikian pula kita lihat berikutnya, yang menghancurkan
Lata, patung berhala kaum Tsaqif, adalah Mughirah bin Syu'bah, seorang warga
Tsaqif juga.
0 komentar:
Post a Comment