Di era digital yang serba canggih seperti saat ini, tantangan pendidikan semakin kompleks. Salah satu masalah utama yang dihadapi orang tua dan pendidik adalah sulitnya mengarahkan anak karena pengaruh gadget atau perangkat elektronik. Anak-anak lebih tertarik bermain game, menonton video, atau scroll media sosial daripada belajar atau berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar. Hal ini tentu saja memengaruhi perkembangan karakter, kedisiplinan, hingga prestasi akademik mereka.
Gadget: Ancaman Serius dalam Dunia Pendidikan
Penggunaan gadget secara berlebihan telah terbukti mengurangi fokus, produktivitas, dan kemampuan sosial anak. Banyak anak menjadi kurang mampu berkonsentrasi dalam waktu lama, mudah teralihkan, serta enggan melakukan aktivitas fisik atau membaca buku. Lebih dari itu, konten-konten negatif di internet juga bisa merusak moral dan pola pikir anak jika tidak ada filter dan bimbingan yang tepat dari orang tua maupun guru.
Sayangnya, banyak lembaga pendidikan belum memiliki solusi efektif untuk mengatasi masalah ini. Beberapa sekolah hanya memberlakukan larangan sementara atau tidak tegas, sehingga anak tetap bisa mengakses gadget saat di luar jam pelajaran.
Solusi Komprehensif: Edukasi Berbasis Karakter dan Teknologi Terbatas
Salah satu solusi yang mulai banyak diterapkan adalah sistem pendidikan yang menggabungkan pembelajaran formal (sekolah umum) dengan pembentukan karakter religius dan disiplin ketat terhadap penggunaan gadget. Dan salah satu institusi pendidikan yang berhasil menerapkannya adalah Pondok Pesantren Al-Mustafa , yang terletak di Kedondong, Kabupaten Pasawaran, Provinsi Lampung.
Pondok Pesantren Al-Mustafa: Model Pendidikan Islami yang Disiplin
Pondok Pesantren Al-Mustafa menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan karakter dapat dikombinasikan dengan pendidikan formal tanpa tergoda oleh kebebasan berlebihan atas penggunaan teknologi. Di sini, para santri tidak diperbolehkan membawa handphone selama berada di area pesantren. Aturan ini diterapkan demi menjaga fokus anak pada proses belajar, ibadah, dan pembentukan kepribadian.Aktivitas harian di Al-Mustafa dimulai sangat pagi:
- Bangun Tahajud : Santri dibiasakan bangun malam untuk melaksanakan sholat tahajud.
- Sholat Subuh Berjamaah : Setelah itu, dilanjutkan dengan dzikir dan doa setelah sholat subuh.
- Muraja'ah (Mengulang Pelajaran) : Sebelum memulai hari, santri mengulang materi pelajaran agama atau hafalan Al-Qur’an.
- Sekolah Formal : Santri mengikuti pendidikan umum seperti sekolah biasa setingkat SMP yang memang dekat dengan Ponpes.
- Belajar Materi Keagamaan : Setelah pulang sekolah, santri kembali fokus pada pelajaran agama seperti fiqih, tauhid, bahasa Arab, hingga hafalan Al-Qur’an.
Dengan rutinitas ini, santri tidak memiliki banyak waktu luang untuk tergoda menggunakan gadget. Selain itu, suasana lingkungan yang islami dan penuh disiplin turut membentuk mental, akhlak, dan kebiasaan positif mereka.
Meski demikian mereka tidak tertekan & happy dalam mengemban ilmu di ponpes ini terbukti ketika mereka pulang ke rumah karena liburan meski belum waktu masuk belajar mereka sudah kembali kepesantren.
Keberhasilan Sistem Pendidikan Al-Mustafa
Hasil dari penerapan sistem ini cukup menggembirakan. Para santri tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat dalam iman, taat beribadah, serta memiliki kedisiplinan tinggi.
Suasana Buka Puasa pada Ramadhan 1446 H dengan fasilitas yang masih apa adanyaPendiri ponpes ini yaitu Ustadz Azis Munazar mengatakan senin 8/6/2025 bahwa anak - anak yang masuk ponpes banyak yang belum bisa menulis namun ( padahal usianya SMP) Namun saat ini mereka sudah hafal 3 Juz & banyak yang masuk jajaran 10 Besar di SMP.
Selain itu, metode pendidikan ini memberikan rasa aman bagi orang tua, karena mereka tahu anak-anaknya tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tapi juga dibentuk menjadi pribadi yang bertakwa dan berbudi luhur.
0 komentar:
Post a Comment