http://picasion.com/

HAJI WADA

HAJI WADA

Selesai sudah tugas dakwah dan penyampaian risalah dan pembentukkan masyarakat baru berdasarkan pegukuhan terhadap uluhiyah Allah dan penolakkanterhadap peribadatan kepada selain Allah., berdasarkan pada kerasulan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Seakan ada bisiskan rahasia masuk ke dalam hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, memberitahukan bahwa keberadaan beliau di dunia hampIr berakhir.Oleh sebab itu ketika beliau mengutus Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ke Yaman pada tahun 10 H belaiu berkata,"Wahai Mu'adz, boleh jadi engkau tidak melihatku lagi sesudah tahun ini,dan boleh jadi engkau akan melihat masjidku ini dan kuburanku."Lalu Mu'adz menangis, khawatir berpisah dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Allah telah berkehendak untuk memperlihatkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam buah dakwahnya, yang mana beliau menanggung dan merasakan berbagai kesusahan selama dua puluh tahun lebih di dalam berdakwah. Beliau berkumpul dengan setiap orang dari kabilah Arab dan para utusannya di pinggiran kota Mekah, lalu mereka belajar kepada beliau ajaran-ajaran (syariat) agama dan hokum-hukumnya. Beliaupun mengambil kesaksian dari mereka bahwa beliau benar-benar telah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah serta menasehati umat.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mengumumkan keinginannya untuk menunaikan ibadah haji yang mabrur dan disaksikan (para malaikat) ini, sehingga orang berbondong-bondong ke Madinah. Semuanya berharap dapat menunaikan haji bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Pada hari sabtu, 4 hari terakhir Dzul Qa'dah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersiap-siap untuk berangkat. Beliau menyisir rambutnya dan memberinya minyak serta memakai sarung dan selendang (pakaian ihram) dan memberi tanda hewan kurbannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berangkat setelah shalat Dzuhur hingga ketika sampai di Dzul Hulaifah (Bir Ali, miqat) sebelum shalat Ashar, lalu shalat Ashar dua rakaatdan bermalam di sana hingga pagi hari. Kesokan harinya beliau berkata kepadaa sahabatnya,"Telah datang kepadaku semalam utusan dari Rabbku yang menyatakan,'Shalatlah untu kamu di lembah yang penuh berkah ini, dan katakanlah (niat), 'Umrah di dalam haji (HR.Bukhari)
Sebelum shalat zhuhur, beliau mandi terlebih dahulu untuk berihram, kemudian 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengusapkan minyak wangi keseluruh tubuh dan kepala beliau, sehingga kilauan minyak wangi itu terlihat di belahan rambut dan jengot beliau. Beliau membiarkan itu dan tidak mencucinya. Kemudian beliau memakai sarung dan selendang (pakaian ihram) dan shalat Zhuhur dua raka'at. Beliau mengucapkan talbiyah untuk haji dan 'umrah di tempat shalat, dan beliau menggabungkan niat haji dan umrah (haji Qiran) .Lalu beliau keluar menunggangi al-Qashwa (unta beliau) sambil mengulang-ulang talbiyah.
Beliau meneruskan perjalanan sampai mendekati Mekkah, lalu bermalam di Dzu Thuwa. Beliau memasuki Mekkah setelah menunaikan shalat Shubuh dan mandi di pagi hari ahad tanggal 4 Dzulhijjah 10 H, perjalanan ditempuh selama 8 hari yang berarti dengan kecepatan yang sedang. Tatkala memasuki Masjidi Haram, beliau langsung melaksanakan thawaf mengelilingi Ka'bah, kemudian sa'i antara Shafa dan Marwah dan tidak bertahallul sebab beliau berniat haji Qiran (melaksanakan haji dan umrah sekaligus)
dan membawa hewan qurban. Lalu singgah di bukit Mekkah, di sekitar al-Hujun dan tinggal di sana. Beliau tidak melakukan thawaf lagi kecuali thawaf haji.
Beliau memerintahkan kepada para sahabat yang tidak membawa hewan qurban untuk menjadikan ihramnya sebagai ihram umrah saja, dengan cara melakukan thawaf, kemudian sa'i antara Shafa dan Marwah kemudian bertahallul (mencukur atau memendekkan rambut). Akan tetapi mereka ragu untuk melakukannya, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

   
"Jika aku bisa mengulang kembali apa yang telah lewat, niscaya tidak kutuntun binatang korban ini, dan aku bertahallul bersama orang-orang ketika mereka bertahallul."
Maka bertahalull-lah mereka yang tidak membaawa hewan qurban, mereka mendengar dan mentaati perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Di hari ke 8 Dzulhijjah, yaitu hari tarwiyah, beliau berangkat menuju Mina dan shalat lima waktu;Zhuhur, Ashar, Maghrib, 'Isya, dan Shubuh di sana. Pada pagi harinya beliau menetap sebentar sampai matahari terbit. Kemudian melanjutkan perjalanan hingga sampai di 'Arafah dan tenda telah dipasang di Namirah. Beliaupun singgah di situ hingga ketika matahari telah condong ke arah barat beliau memerintahkan agar Qashwa (ontanya) dihadirkan kepada beliau, lalu beliau menungganginya menuju ke tengah 'Arafah. Di sana sudah berkumpul sekitar 124.000 sampai 144.000 orang. Beliaupun bangkit untuk menyampaikan khutbahnya di hadapan mereka. Khutbahnya sebagai berikut:
"Wahai sekalian manusia, dengarlah perkataanku ini, karena sesungguhnyaaku tidak tahu, boleh jadi aku tidak akan bertemu kalian lagi setelah tahun ini dalam kondisi seperti sekarang ini.
Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian terlindungi dan mulia seperti kemuliaan hari kalian ini, di bulan kalian ini, dan negeri kalian ini. Ketahuilahsegala sesuatu dari urusan jahiliyah sudah terinjak hina di bawah kakiku, darah jahiliyah sudah tidak berlaku. Dan sesungguhnnya darah pertama dari darah kita yang aku hapuskan adalah darah Ibnu Rabi'ah bin al-Harits (dia disusui oleh bani Sa'ad lalu dibunuh oleh bani Hudzail). Riba jahiliyah sudah tidak berlaku dan riba pertama yang aku hapus adalah riba 'Abbas bin Abdul Muthalib, karena semua itu sudah tidak berlaku.
Bertakwalah kalian kepada Allah dalam masalah perempuan karena kalian mengambil mereka dengan amanat dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan (kehormatan) mereka dengan kalimat Allah. Kewjiban mereka terhadap kalian adalah mereka tidak memasukan seseorang yang tidak kalian sukai ke tempat tidur kalian. Jika mereka berbuat demikian, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedang kewajiban kalian terhadap mereka adalah memberi nafkah dan pakaian yang layak.
Dan sungguh telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat apabila kalian berpegang teguh dengannnya, yaitu Kitabullah. Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada Nabi lagi setelahku, tidak pula ada umat baru setelah kalian. Maka, sembahlah Rabb kalian (Allah), dirikanlah shalat lima waktu, berpuasalah Ramadhan, bayarlah zakat dengan suka rela, berhajilah ke Baitullah dan patuhilah pemimpin-pemimpin kalian niscaya kalian akan masuk surga Rabb kalian. Dan kalian akan ditanyai tentangku, maka apa yang akan kalian katakana?"Mereka menyahut,"Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan dan meninaikan serta memberi nasehat."Kemudian beliau berkata seraya mengangkat jari telunjuknya ke arah langit dan mengarahkanya kepada orang-orang,"Ya Allah sksikanlah."Beliau mengulanginya tiga kali (HR.Muslim) Adapun orang yang bertugas sebagai penyambung ucapan beliau (karena jumlah orang yang hadir bersama Nabi sangat banyak, jadi suara beliau tidak bisa langsung didengar oleh mereka) adalah Rabi'ah bin Umayyah bin Khalaf.
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai berkhutbah, turunlah firman Allah Ta'ala:
 
"Pada hari ini telah kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan telah kuridhai Islam jadi agama kalian."(al-Maidah)
Umar bin al-Khathab radhiyallahu 'anhu menangis ketika mendengar ayat ini, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:"Apa yang menyebabkan engkau menangis.?" Dia menjawab:"Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan.
Setelah khutbah itu, Bilal mengumandangkan adzan dan iqamah sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjadi imam mereka dalam sahalat Zhuhur, kemudian Bilal beriqamat lagi untuk shalat Ashar, dan tidak ada shalat di antara kedua shalat itu. Kemudian Beliau menunggangi al-Qashwa (untanya) hingga sampai ditempat wuquf dan di sana al-Qashwa menderum hingga perutnya menempel ke pasir. Beliau tetap berada di atas untanya hingga matahari terbenam. Keremangan senja lambat laun menghilang.Setelah itu beliau pun membonceng Usamah radhiyallahu 'anhu melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah. Beliau shalat Maghrib dan 'Isya di sana dengan satu adzan dan dua iqamat, tanpa ada shalat sunnah di antara keduanya. Kemudian istirahat sampai fajar menyingsing, kemudian shalat shubuh setelah jelas datang waktu shubuh. Setelah itu beliau menunggangi al-Qashwa ke Masy'aril Haram. Dengan menghadap kiblat beliau berdo'a, bertakbir, bertahlil dan meng-Esakan Allah. Beliau terus berdiri sampai benar-benar terang.
Sebelum matahari terbit beliau bertolak dari Muzdalifah ke Mina, sambil membonceng al-Fadhl bin Abbas radhiyallahu 'anhuma hingga sampai di muhassir, lalu bergerak maju sedikit, lalu menempuh jalan tengah yang keluar menuju tempat Jumrah al-Kubra (Aqabah) yang ada di dekat sebuah pohon pada masa itu, yang disebut Jumrah Aqabah atau Jumrah pertama. Kemudia beliau melaemparnya (jumrah) dengan tujuh butir kerikil, sambil bertakbir setiap kali lemparan. Kemudian beliau beranjak ke tempat penyembelihan hewan qurban dan menyembelih 63 onta dengan tangan beliau sendiri, kemudian beliau menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu untuk menyembelih 37 ekor unta , hingga semuanya genap 100 ekor unta. Beliau memrintahkan untuk mengambil sebagian daging dari masing-masing unta, lalu dimasak dan beliau memakan daging serta meminum kuahnya.
Dengan menunggang al-Qashwa beliau menuju Ka'bah untuk thawaf ifadhah. Belia shalat Zhuhur di Mekah dan mendatangi Bani Abdul Muththalib yang sedang meberi minum air Zam-zam (kepada jama'ah haji), sambil bersabda: "Tariklah wahai Bani Abdul Muththalib! Kalau saja tidak ada orang yang akan menguasai pemberian minum tersebut atas kalian, niscaya aku menariknya bersama kalian."Lalou mereka memberikan seember air kepada beliau dan beliaupun meminumnya (HR.Muslim)
Pada hari qurban atau tanggal 10 dzulhijjah waktu Dhuha (hari mulai siang) beliau berpidato dari di atas punggung bighal (keturunan dari keledai dan kuda) berwarna kelabu, sedangkan Ali radhiyallahu 'anhu menjadi penyambung lidahnya dan para jamaah saat itu ada yang berdiri dan ada pula yang duduk .(HR.Abu Dawud). Beliau menyampaikan kembali apa yang pernah beliau sampaikan kemarin.
Asy-Syaikhain (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu dia berkata:"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan pidato kepada kami pada hari qurban. Beliau bersabda:"Sesungguhnya zaman itu berputar seperti bentuknya saat langit dan bumi diciptakan. Satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada empat bulan haram (mulia), tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta Rajab yang terletak antara Jumada (akhir) dan Sya'ban."
Beliau bertanya,"Bulan apakah ini (sekarang)?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini bulan Dzulhijjah?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Negeri apakah ini?"
Kam Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini negeri kalian?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Hari apakah ini?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini hari qurban?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bersabda,"Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan diri kalian adalah suci dan mulia seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada bulan kalian ini. Kalian akan menghadap Rabb (Allah), lalu Dia akan menanyakan amal-amal kalian. Ketahuilah, janganlah kalian menjadi kembali dalam kesesatan sepeninggalku, sehingga sebagian di antara kalian saling bunuh-membunuh. Ketahuilah, bukankah telah aku sampaikan ini semua?"
"Benar",jawab kami.
"Ya Allah, persaksikanlah. Hendaklah yang hadir menyampaikan/mengabarkan kepada yang tidak hadir, bisa jadi yang dikasih tahu lebih paham dari yang memberi tahu"
Dalam suatu riwayat disebutkan, beliau bersabda dalam pidato itu," Ketahuilah, tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali akan berakibat pada dirinya sendiri. Janganlah seseorang berbuat dosa terhadap anaknya, dan tridak pula anak berbuat dosa terhadap orang tuanya. Ketahuilah, sesungguhnya syetan telah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini selama-lamanya. Tetapi dia akan ditaati dalam kaitannya dengan amal-amal yang kalian remehkan, dan dia pun akan puas dengan hal ini."
Pada hari-hari Tasyriq beliau berada di Mina untuk melaksanakan manasik haji lainnya (melempar jumrah dll) dan megajarkan syariat, berdzikir kepada Allah, menegakkan sunnah-sunnah suci dari ajaran Ibrahim 'alaihissalam. Beliau menghapus sisa-sisa kesyirikan dan panji-panjinya. Beliau juga berpidato pada salah satu hari dari hari-hari tasyriq ini.
Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Sira' binti Nabhan, dia berkata,"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan pidato pada kami pada hari ar-Ru'us, beliau bersabda,"Bukankah ini adalah pertengahan hari-hari Tasyriq?"
Pidato beliau pada hari itu sama dengan pidato pada hari qurban. Pidato ini disampaikan setelah turunnya surat an-Nashr.
Pada hari nafar kedua atau tanggal 13 Dzulhijjah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan nafar dari Mina hingga tiba di kaki bukit perkampungan Bani Kinanah. Beliau berada di sana menghabiskan sisa hari itu dan malam harinya. Jadi beliau shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib dan 'Isya di sana, lalu tidur sejenak, untuk kemudian meneruskan perjalanan menuju Ka'bah dan melakukan thawaf wada'. Beliau juga memerintahkan para sahabat untuk melakukan thawaf tersebut.
Setelah seluruh manasik haji dilaksanakan, beliau memerintahkan untuk kembali ke Madinah, tanpa mengambil waktu untuk istirahat agar perjuangan ini terasa murni karena Allah subhanahu wa ta'ala dan di jalan-Nya. 


Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai berkhutbah, turunlah firman Allah Ta'ala:

 
"Pada hari ini telah kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan telah kuridhai Islam jadi agama kalian."(al-Maidah)
Umar bin al-Khathab radhiyallahu 'anhu menangis ketika mendengar ayat ini, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:"Apa yang menyebabkan engkau menangis.?" Dia menjawab:"Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan.
Setelah khutbah itu, Bilal mengumandangkan adzan dan iqamah sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjadi imam mereka dalam sahalat Zhuhur, kemudian Bilal beriqamat lagi untuk shalat Ashar, dan tidak ada shalat di antara kedua shalat itu. Kemudian Beliau menunggangi al-Qashwa (untanya) hingga sampai ditempat wuquf dan di sana al-Qashwa menderum hingga perutnya menempel ke pasir. Beliau tetap berada di atas untanya hingga matahari terbenam. Keremangan senja lambat laun menghilang.Setelah itu beliau pun membonceng Usamah radhiyallahu 'anhu melanjutkan perjalanan ke Muzdalifah. Beliau shalat Maghrib dan 'Isya di sana dengan satu adzan dan dua iqamat, tanpa ada shalat sunnah di antara keduanya. Kemudian istirahat sampai fajar menyingsing, kemudian shalat shubuh setelah jelas datang waktu shubuh. Setelah itu beliau menunggangi al-Qashwa ke Masy'aril Haram. Dengan menghadap kiblat beliau berdo'a, bertakbir, bertahlil dan meng-Esakan Allah. Beliau terus berdiri sampai benar-benar terang.
Sebelum matahari terbit beliau bertolak dari Muzdalifah ke Mina, sambil membonceng al-Fadhl bin Abbas radhiyallahu 'anhuma hingga sampai di muhassir, lalu bergerak maju sedikit, lalu menempuh jalan tengah yang keluar menuju tempat Jumrah al-Kubra (Aqabah) yang ada di dekat sebuah pohon pada masa itu, yang disebut Jumrah Aqabah atau Jumrah pertama. Kemudia beliau melaemparnya (jumrah) dengan tujuh butir kerikil, sambil bertakbir setiap kali lemparan. Kemudian beliau beranjak ke tempat penyembelihan hewan qurban dan menyembelih 63 onta dengan tangan beliau sendiri, kemudian beliau menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu untuk menyembelih 37 ekor unta , hingga semuanya genap 100 ekor unta. Beliau memrintahkan untuk mengambil sebagian daging dari masing-masing unta, lalu dimasak dan beliau memakan daging serta meminum kuahnya.
Dengan menunggang al-Qashwa beliau menuju Ka'bah untuk thawaf ifadhah. Belia shalat Zhuhur di Mekah dan mendatangi Bani Abdul Muththalib yang sedang meberi minum air Zam-zam (kepada jama'ah haji), sambil bersabda: "Tariklah wahai Bani Abdul Muththalib! Kalau saja tidak ada orang yang akan menguasai pemberian minum tersebut atas kalian, niscaya aku menariknya bersama kalian."Lalou mereka memberikan seember air kepada beliau dan beliaupun meminumnya (HR.Muslim)
Pada hari qurban atau tanggal 10 dzulhijjah waktu Dhuha (hari mulai siang) beliau berpidato dari di atas punggung bighal (keturunan dari keledai dan kuda) berwarna kelabu, sedangkan Ali radhiyallahu 'anhu menjadi penyambung lidahnya dan para jamaah saat itu ada yang berdiri dan ada pula yang duduk .(HR.Abu Dawud). Beliau menyampaikan kembali apa yang pernah beliau sampaikan kemarin.
Asy-Syaikhain (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu dia berkata:"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan pidato kepada kami pada hari qurban. Beliau bersabda:"Sesungguhnya zaman itu berputar seperti bentuknya saat langit dan bumi diciptakan. Satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada empat bulan haram (mulia), tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta Rajab yang terletak antara Jumada (akhir) dan Sya'ban."
Beliau bertanya,"Bulan apakah ini (sekarang)?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini bulan Dzulhijjah?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Negeri apakah ini?"
Kam Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini negeri kalian?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Hari apakah ini?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini hari qurban?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bersabda,"Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan diri kalian adalah suci dan mulia seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada bulan kalian ini. Kalian akan menghadap Rabb (Allah), lalu Dia akan menanyakan amal-amal kalian. Ketahuilah, janganlah kalian menjadi kembali dalam kesesatan sepeninggalku, sehingga sebagian di antara kalian saling bunuh-membunuh. Ketahuilah, bukankah telah aku sampaikan ini semua?"
"Benar",jawab kami.
"Ya Allah, persaksikanlah. Hendaklah yang hadir menyampaikan/mengabarkan kepada yang tidak hadir, bisa jadi yang dikasih tahu lebih paham dari yang memberi tahu"
Dalam suatu riwayat disebutkan, beliau bersabda dalam pidato itu," Ketahuilah, tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali akan berakibat pada dirinya sendiri. Janganlah seseorang berbuat dosa terhadap anaknya, dan tridak pula anak berbuat dosa terhadap orang tuanya. Ketahuilah, sesungguhnya syetan telah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini selama-lamanya. Tetapi dia akan ditaati dalam kaitannya dengan amal-amal yang kalian remehkan, dan dia pun akan puas dengan hal ini."
Pada hari-hari Tasyriq beliau berada di Mina untuk melaksanakan manasik haji lainnya (melempar jumrah dll) dan megajarkan syariat, berdzikir kepada Allah, menegakkan sunnah-sunnah suci dari ajaran Ibrahim 'alaihissalam. Beliau menghapus sisa-sisa kesyirikan dan panji-panjinya. Beliau juga berpidato pada salah satu hari dari hari-hari tasyriq ini.
Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Sira' binti Nabhan, dia berkata,"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan pidato pada kami pada hari ar-Ru'us, beliau bersabda,"Bukankah ini adalah pertengahan hari-hari Tasyriq?"
Pidato beliau pada hari itu sama dengan pidato pada hari qurban. Pidato ini disampaikan setelah turunnya surat an-Nashr.
Pada hari nafar kedua atau tanggal 13 Dzulhijjah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan nafar dari Mina hingga tiba di kaki bukit perkampungan Bani Kinanah. Beliau berada di sana menghabiskan sisa hari itu dan malam harinya. Jadi beliau shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib dan 'Isya di sana, lalu tidur sejenak, untuk kemudian meneruskan perjalanan menuju Ka'bah dan melakukan thawaf wada'. Beliau juga memerintahkan para sahabat untuk melakukan thawaf tersebut.
Setelah seluruh manasik haji dilaksanakan, beliau memerintahkan untuk kembali ke Madinah, tanpa mengambil waktu untuk istirahat agar perjuangan ini terasa murni karena Allah subhanahu wa ta'ala dan di jalan-Nya. 


Rangkuman Khutbah Rasulullah di Haji wada
 a. Dihormatinya harta, darah, dan kehormatan.
Ini sebenarnya merupakan garis demarkasi[1] antara Islam dan sistem-sistem lainnya di muka bumi. Komunis saat ini umpamanya, menganggap harta, kehormatan, dan darah adalah milik bersama. Sebaliknya kapitalisme, menghalalkan kehormatan, memperbolehkan perampasan harta, dan penumpahan darah. Kriteria hakiki bagi keberadaan Islam di muka bumi adalah terletak pada pemeliharaannya terhadap darah, harta, dan kehormatan.
b. Pengharaman riba, yaitu kekejian di mana kezaliman meningkat sampai ke tingkat memperbudak kaum fakir di muka bumi.
c. Keadilan, yaitu simbol Islam yang terutama di alam wujud ini. Dengan adanya keadilan itulah tegaknya langit dan bumi. Demi keadilan itu pula, riba yang pertama-tama dihapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi Muhammad saw. sendiri.
d. Pemeliharaan darah, yaitu dengan diadakannya perubahan hukum mengenai pembunuhan dalam Islam menjadi sistem qishash.
e. Penghapusan berhala. Tegasnya, tidak akan ada lagi di negeri Arab, takkan ada lagi patung-patung dan arca-arca yang disembah setelah datangnya kebenaran dan musnahnya kebatilan. Hanya saja, setan masih bisa masuk dengan cara menyelewengkan manusia dari istiqamah dalam menjalankan agama.
f. Pengharaman mempermainkan agama Allah.
Inilah masalah yang telah mengakibatkan timbulnya pertarungan antara Islam dan kejahiliaan. Bagaimanapun juga, tidak ada hukum selain hukum Allah. Dia telah memutuskan agar kamu tidak menyembah selain kepada-Nya. Itulah agama yang lurus.
g. Hak laki-laki atas perempuan. Dengan adanya hak ini, sistem kemasyarakatan Islam menjadi nyata. Jadi, wanita itu mengikuti laki-laki. Kepemimpinan atas wanita ada di tangan laki-laki. Paham keluarga dalam Islam ialah, hendaklah wanita semata-mata untuk suaminya. Dia tidak boleh berbuat kekejian yang nyata. Bila kekejian itu terjadi, laki-laki berhak memaksa dan bertindak keras terhadap istrinya, sekalipun harus memukulnya dengan pukulan yang tidak sampai membuatnya susah, atau boleh juga menjauhinya di tempat tidur, atau memberinya nasihat yang baik.
h. Hak wanita atas laki-laki, yaitu apabila wanita itu telah membatasi dirinya hanya untuk suaminya, suami wajib memberinya belanja dan pakaian dengan cara yang baik. Dia juga wajib mempergaulinya dengan baik. Hal ini adalah karena wanita adalah amanat Allah di tangan laki-laki, yang dengan mengucapkan kalimat-kalimat Allah, laki-laki itu menganggap halal farji mereka. Karenanya, hendaklah laki-laki bersikap baik terhadap wanita.
i. Undang-undang negara didasarkan pada dua sumber utama, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Keduanya merupakan pedoman hukum dan takkan sesat siapa pun yang senantiasa berpegang teguh dengan keduanya.

[1] Demarkasi: batas pemisah; garis batas; batas antara dua wilayah yang diuasai oleh dua pihak yang saling bermusuhan.
SHARE

About muwahid

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Translate