HAJI WADA
Selesai sudah tugas dakwah dan
penyampaian risalah dan pembentukkan masyarakat baru berdasarkan pegukuhan
terhadap uluhiyah Allah dan penolakkanterhadap peribadatan kepada selain Allah.,
berdasarkan pada kerasulan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Seakan
ada bisiskan rahasia masuk ke dalam hati Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, memberitahukan bahwa keberadaan beliau di dunia hampIr berakhir.Oleh
sebab itu ketika beliau mengutus Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu ke Yaman
pada tahun 10 H belaiu berkata,"Wahai Mu'adz, boleh jadi engkau tidak
melihatku lagi sesudah tahun ini,dan boleh jadi engkau akan melihat masjidku ini
dan kuburanku."Lalu Mu'adz menangis, khawatir berpisah dengan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam.
Allah telah berkehendak untuk memperlihatkan
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam buah dakwahnya, yang mana
beliau menanggung dan merasakan berbagai kesusahan selama dua puluh tahun lebih
di dalam berdakwah. Beliau berkumpul dengan setiap orang dari kabilah Arab dan
para utusannya di pinggiran kota Mekah, lalu mereka belajar kepada beliau
ajaran-ajaran (syariat) agama dan hokum-hukumnya. Beliaupun mengambil kesaksian
dari mereka bahwa beliau benar-benar telah menunaikan amanah dan menyampaikan
risalah serta menasehati umat.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
mengumumkan keinginannya untuk menunaikan ibadah haji yang mabrur dan disaksikan
(para malaikat) ini, sehingga orang berbondong-bondong ke Madinah. Semuanya
berharap dapat menunaikan haji bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam.
Pada hari sabtu, 4 hari terakhir Dzul Qa'dah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersiap-siap untuk berangkat.
Beliau menyisir rambutnya dan memberinya minyak serta memakai sarung dan
selendang (pakaian ihram) dan memberi tanda hewan kurbannya. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berangkat setelah shalat Dzuhur hingga ketika
sampai di Dzul Hulaifah (Bir Ali, miqat) sebelum shalat Ashar, lalu shalat Ashar
dua rakaatdan bermalam di sana hingga pagi hari. Kesokan harinya beliau berkata
kepadaa sahabatnya,"Telah datang kepadaku semalam utusan dari Rabbku yang
menyatakan,'Shalatlah untu kamu di lembah yang penuh berkah ini, dan katakanlah
(niat), 'Umrah di dalam haji (HR.Bukhari)
Sebelum shalat zhuhur, beliau mandi terlebih
dahulu untuk berihram, kemudian 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengusapkan
minyak wangi keseluruh tubuh dan kepala beliau, sehingga kilauan minyak wangi
itu terlihat di belahan rambut dan jengot beliau. Beliau membiarkan itu dan
tidak mencucinya. Kemudian beliau memakai sarung dan selendang (pakaian ihram)
dan shalat Zhuhur dua raka'at. Beliau mengucapkan talbiyah untuk haji dan 'umrah
di tempat shalat, dan beliau menggabungkan niat haji dan umrah (haji Qiran)
.Lalu beliau keluar menunggangi al-Qashwa (unta beliau) sambil mengulang-ulang
talbiyah.
Beliau meneruskan perjalanan sampai mendekati
Mekkah, lalu bermalam di Dzu Thuwa. Beliau memasuki Mekkah setelah menunaikan
shalat Shubuh dan mandi di pagi hari ahad tanggal 4 Dzulhijjah 10 H, perjalanan
ditempuh selama 8 hari yang berarti dengan kecepatan yang sedang. Tatkala
memasuki Masjidi Haram, beliau langsung melaksanakan thawaf mengelilingi Ka'bah,
kemudian sa'i antara Shafa dan Marwah dan tidak bertahallul sebab beliau berniat
haji Qiran (melaksanakan haji dan umrah sekaligus)
dan membawa hewan qurban. Lalu singgah di bukit Mekkah, di sekitar al-Hujun dan tinggal di sana. Beliau tidak melakukan thawaf lagi kecuali thawaf haji.
dan membawa hewan qurban. Lalu singgah di bukit Mekkah, di sekitar al-Hujun dan tinggal di sana. Beliau tidak melakukan thawaf lagi kecuali thawaf haji.
Beliau memerintahkan kepada para sahabat yang
tidak membawa hewan qurban untuk menjadikan ihramnya sebagai ihram umrah saja,
dengan cara melakukan thawaf, kemudian sa'i antara Shafa dan Marwah kemudian
bertahallul (mencukur atau memendekkan rambut). Akan tetapi mereka ragu untuk
melakukannya, sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Jika aku bisa mengulang kembali
apa yang telah lewat, niscaya tidak kutuntun binatang korban ini, dan aku
bertahallul bersama orang-orang ketika mereka bertahallul."
Maka bertahalull-lah mereka yang tidak membaawa
hewan qurban, mereka mendengar dan mentaati perintah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam.
Di hari ke 8 Dzulhijjah, yaitu hari tarwiyah,
beliau berangkat menuju Mina dan shalat lima waktu;Zhuhur, Ashar, Maghrib,
'Isya, dan Shubuh di sana. Pada pagi harinya beliau menetap sebentar sampai
matahari terbit. Kemudian melanjutkan perjalanan hingga sampai di 'Arafah dan
tenda telah dipasang di Namirah. Beliaupun singgah di situ hingga ketika
matahari telah condong ke arah barat beliau memerintahkan agar Qashwa (ontanya)
dihadirkan kepada beliau, lalu beliau menungganginya menuju ke tengah 'Arafah.
Di sana sudah berkumpul sekitar 124.000 sampai 144.000 orang. Beliaupun bangkit
untuk menyampaikan khutbahnya di hadapan mereka. Khutbahnya sebagai berikut:
"Wahai sekalian manusia, dengarlah perkataanku
ini, karena sesungguhnyaaku tidak tahu, boleh jadi aku tidak akan bertemu kalian
lagi setelah tahun ini dalam kondisi seperti sekarang ini.
Sesungguhnya darah kalian dan harta kalian
terlindungi dan mulia seperti kemuliaan hari kalian ini, di bulan kalian ini,
dan negeri kalian ini. Ketahuilahsegala sesuatu dari urusan jahiliyah sudah
terinjak hina di bawah kakiku, darah jahiliyah sudah tidak berlaku. Dan
sesungguhnnya darah pertama dari darah kita yang aku hapuskan adalah darah Ibnu
Rabi'ah bin al-Harits (dia disusui oleh bani Sa'ad lalu dibunuh oleh bani
Hudzail). Riba jahiliyah sudah tidak berlaku dan riba pertama yang aku hapus
adalah riba 'Abbas bin Abdul Muthalib, karena semua itu sudah tidak berlaku.
Bertakwalah kalian kepada Allah dalam masalah
perempuan karena kalian mengambil mereka dengan amanat dari Allah dan kalian
menghalalkan kemaluan (kehormatan) mereka dengan kalimat Allah. Kewjiban mereka
terhadap kalian adalah mereka tidak memasukan seseorang yang tidak kalian sukai
ke tempat tidur kalian. Jika mereka berbuat demikian, maka pukullah mereka
dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedang kewajiban kalian terhadap mereka
adalah memberi nafkah dan pakaian yang layak.
Dan sungguh telah aku tinggalkan
pada kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat apabila kalian berpegang
teguh dengannnya, yaitu Kitabullah. Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak
ada Nabi lagi setelahku, tidak pula ada umat baru setelah kalian. Maka,
sembahlah Rabb kalian (Allah), dirikanlah shalat lima waktu, berpuasalah
Ramadhan, bayarlah zakat dengan suka rela, berhajilah ke Baitullah dan patuhilah
pemimpin-pemimpin kalian niscaya kalian akan masuk surga Rabb kalian. Dan kalian
akan ditanyai tentangku, maka apa yang akan kalian katakana?"Mereka
menyahut,"Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan dan meninaikan serta
memberi nasehat."Kemudian beliau berkata seraya mengangkat jari telunjuknya
ke arah langit dan mengarahkanya kepada orang-orang,"Ya Allah
sksikanlah."Beliau mengulanginya tiga kali (HR.Muslim) Adapun orang yang
bertugas sebagai penyambung ucapan beliau (karena jumlah orang yang hadir
bersama Nabi sangat banyak, jadi suara beliau tidak bisa langsung didengar oleh
mereka) adalah Rabi'ah bin Umayyah bin Khalaf.
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam selesai berkhutbah, turunlah firman Allah Ta'ala:
"Pada hari ini telah kusempurnakan bagi kalian
agama kalian dan telah kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan telah kuridhai
Islam jadi agama kalian."(al-Maidah)
Umar bin al-Khathab radhiyallahu 'anhu menangis ketika mendengar ayat ini, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:"Apa yang menyebabkan engkau menangis.?" Dia menjawab:"Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan.
Umar bin al-Khathab radhiyallahu 'anhu menangis ketika mendengar ayat ini, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:"Apa yang menyebabkan engkau menangis.?" Dia menjawab:"Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan.
Setelah khutbah itu, Bilal mengumandangkan adzan
dan iqamah sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjadi imam
mereka dalam sahalat Zhuhur, kemudian Bilal beriqamat lagi untuk shalat Ashar,
dan tidak ada shalat di antara kedua shalat itu. Kemudian Beliau menunggangi
al-Qashwa (untanya) hingga sampai ditempat wuquf dan di sana al-Qashwa menderum
hingga perutnya menempel ke pasir. Beliau tetap berada di atas untanya hingga
matahari terbenam. Keremangan senja lambat laun menghilang.Setelah itu beliau
pun membonceng Usamah radhiyallahu 'anhu melanjutkan perjalanan ke
Muzdalifah. Beliau shalat Maghrib dan 'Isya di sana dengan satu adzan dan dua
iqamat, tanpa ada shalat sunnah di antara keduanya. Kemudian istirahat sampai
fajar menyingsing, kemudian shalat shubuh setelah jelas datang waktu shubuh.
Setelah itu beliau menunggangi al-Qashwa ke Masy'aril Haram. Dengan menghadap
kiblat beliau berdo'a, bertakbir, bertahlil dan meng-Esakan Allah. Beliau terus
berdiri sampai benar-benar terang.
Sebelum matahari terbit beliau bertolak dari
Muzdalifah ke Mina, sambil membonceng al-Fadhl bin Abbas radhiyallahu
'anhuma hingga sampai di muhassir, lalu bergerak maju sedikit, lalu menempuh
jalan tengah yang keluar menuju tempat Jumrah al-Kubra (Aqabah) yang ada di
dekat sebuah pohon pada masa itu, yang disebut Jumrah Aqabah atau Jumrah
pertama. Kemudia beliau melaemparnya (jumrah) dengan tujuh butir kerikil, sambil
bertakbir setiap kali lemparan. Kemudian beliau beranjak ke tempat penyembelihan
hewan qurban dan menyembelih 63 onta dengan tangan beliau sendiri, kemudian
beliau menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu untuk
menyembelih 37 ekor unta , hingga semuanya genap 100 ekor unta. Beliau
memrintahkan untuk mengambil sebagian daging dari masing-masing unta, lalu
dimasak dan beliau memakan daging serta meminum kuahnya.
Dengan menunggang al-Qashwa beliau menuju Ka'bah
untuk thawaf ifadhah. Belia shalat Zhuhur di Mekah dan mendatangi Bani Abdul
Muththalib yang sedang meberi minum air Zam-zam (kepada jama'ah haji), sambil
bersabda: "Tariklah wahai Bani Abdul Muththalib! Kalau saja tidak ada orang yang
akan menguasai pemberian minum tersebut atas kalian, niscaya aku menariknya
bersama kalian."Lalou mereka memberikan seember air kepada beliau dan beliaupun
meminumnya (HR.Muslim)
Pada hari qurban atau tanggal 10 dzulhijjah waktu
Dhuha (hari mulai siang) beliau berpidato dari di atas punggung bighal
(keturunan dari keledai dan kuda) berwarna kelabu, sedangkan Ali radhiyallahu
'anhu menjadi penyambung lidahnya dan para jamaah saat itu ada yang berdiri
dan ada pula yang duduk .(HR.Abu Dawud). Beliau menyampaikan kembali apa yang
pernah beliau sampaikan kemarin.
Asy-Syaikhain (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan
dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu dia berkata:"Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menyampaikan pidato kepada kami pada hari qurban. Beliau
bersabda:"Sesungguhnya zaman itu berputar seperti bentuknya saat langit dan bumi
diciptakan. Satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada empat bulan haram (mulia),
tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta
Rajab yang terletak antara Jumada (akhir) dan Sya'ban."
Beliau bertanya,"Bulan apakah ini (sekarang)?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini bulan Dzulhijjah?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Negeri apakah ini?"
Kam Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini negeri kalian?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Hari apakah ini?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini hari qurban?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bersabda,"Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan diri kalian adalah suci dan mulia seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada bulan kalian ini. Kalian akan menghadap Rabb (Allah), lalu Dia akan menanyakan amal-amal kalian. Ketahuilah, janganlah kalian menjadi kembali dalam kesesatan sepeninggalku, sehingga sebagian di antara kalian saling bunuh-membunuh. Ketahuilah, bukankah telah aku sampaikan ini semua?"
"Benar",jawab kami.
"Ya Allah, persaksikanlah. Hendaklah yang hadir menyampaikan/mengabarkan kepada yang tidak hadir, bisa jadi yang dikasih tahu lebih paham dari yang memberi tahu"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini bulan Dzulhijjah?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Negeri apakah ini?"
Kam Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini negeri kalian?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Hari apakah ini?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini hari qurban?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bersabda,"Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan diri kalian adalah suci dan mulia seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada bulan kalian ini. Kalian akan menghadap Rabb (Allah), lalu Dia akan menanyakan amal-amal kalian. Ketahuilah, janganlah kalian menjadi kembali dalam kesesatan sepeninggalku, sehingga sebagian di antara kalian saling bunuh-membunuh. Ketahuilah, bukankah telah aku sampaikan ini semua?"
"Benar",jawab kami.
"Ya Allah, persaksikanlah. Hendaklah yang hadir menyampaikan/mengabarkan kepada yang tidak hadir, bisa jadi yang dikasih tahu lebih paham dari yang memberi tahu"
Dalam suatu riwayat disebutkan, beliau bersabda
dalam pidato itu," Ketahuilah, tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali akan
berakibat pada dirinya sendiri. Janganlah seseorang berbuat dosa terhadap
anaknya, dan tridak pula anak berbuat dosa terhadap orang tuanya. Ketahuilah,
sesungguhnya syetan telah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini
selama-lamanya. Tetapi dia akan ditaati dalam kaitannya dengan amal-amal yang
kalian remehkan, dan dia pun akan puas dengan hal ini."
Pada hari-hari Tasyriq beliau berada di Mina untuk
melaksanakan manasik haji lainnya (melempar jumrah dll) dan megajarkan syariat,
berdzikir kepada Allah, menegakkan sunnah-sunnah suci dari ajaran Ibrahim
'alaihissalam. Beliau menghapus sisa-sisa kesyirikan dan panji-panjinya. Beliau
juga berpidato pada salah satu hari dari hari-hari tasyriq ini.
Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan
dari Sira' binti Nabhan, dia berkata,"Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menyampaikan pidato pada kami pada hari ar-Ru'us, beliau
bersabda,"Bukankah ini adalah pertengahan hari-hari Tasyriq?"
Pidato beliau pada hari itu sama dengan pidato
pada hari qurban. Pidato ini disampaikan setelah turunnya surat an-Nashr.
Pada hari nafar kedua atau tanggal 13 Dzulhijjah
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan nafar dari Mina hingga tiba di kaki
bukit perkampungan Bani Kinanah. Beliau berada di sana menghabiskan sisa hari
itu dan malam harinya. Jadi beliau shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib dan 'Isya di
sana, lalu tidur sejenak, untuk kemudian meneruskan perjalanan menuju Ka'bah dan
melakukan thawaf wada'. Beliau juga memerintahkan para sahabat untuk melakukan
thawaf tersebut.
Setelah seluruh manasik haji dilaksanakan, beliau
memerintahkan untuk kembali ke Madinah, tanpa mengambil waktu untuk istirahat
agar perjuangan ini terasa murni karena Allah subhanahu wa ta'ala dan di
jalan-Nya.
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam selesai berkhutbah, turunlah firman Allah Ta'ala:
"Pada hari ini telah kusempurnakan bagi kalian
agama kalian dan telah kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan telah kuridhai
Islam jadi agama kalian."(al-Maidah)
Umar bin al-Khathab radhiyallahu 'anhu menangis ketika mendengar ayat ini, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:"Apa yang menyebabkan engkau menangis.?" Dia menjawab:"Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan.
Umar bin al-Khathab radhiyallahu 'anhu menangis ketika mendengar ayat ini, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadanya:"Apa yang menyebabkan engkau menangis.?" Dia menjawab:"Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan.
Setelah khutbah itu, Bilal mengumandangkan adzan
dan iqamah sedangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjadi imam
mereka dalam sahalat Zhuhur, kemudian Bilal beriqamat lagi untuk shalat Ashar,
dan tidak ada shalat di antara kedua shalat itu. Kemudian Beliau menunggangi
al-Qashwa (untanya) hingga sampai ditempat wuquf dan di sana al-Qashwa menderum
hingga perutnya menempel ke pasir. Beliau tetap berada di atas untanya hingga
matahari terbenam. Keremangan senja lambat laun menghilang.Setelah itu beliau
pun membonceng Usamah radhiyallahu 'anhu melanjutkan perjalanan ke
Muzdalifah. Beliau shalat Maghrib dan 'Isya di sana dengan satu adzan dan dua
iqamat, tanpa ada shalat sunnah di antara keduanya. Kemudian istirahat sampai
fajar menyingsing, kemudian shalat shubuh setelah jelas datang waktu shubuh.
Setelah itu beliau menunggangi al-Qashwa ke Masy'aril Haram. Dengan menghadap
kiblat beliau berdo'a, bertakbir, bertahlil dan meng-Esakan Allah. Beliau terus
berdiri sampai benar-benar terang.
Sebelum matahari terbit beliau bertolak dari
Muzdalifah ke Mina, sambil membonceng al-Fadhl bin Abbas radhiyallahu
'anhuma hingga sampai di muhassir, lalu bergerak maju sedikit, lalu menempuh
jalan tengah yang keluar menuju tempat Jumrah al-Kubra (Aqabah) yang ada di
dekat sebuah pohon pada masa itu, yang disebut Jumrah Aqabah atau Jumrah
pertama. Kemudia beliau melaemparnya (jumrah) dengan tujuh butir kerikil, sambil
bertakbir setiap kali lemparan. Kemudian beliau beranjak ke tempat penyembelihan
hewan qurban dan menyembelih 63 onta dengan tangan beliau sendiri, kemudian
beliau menyerahkan kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu untuk
menyembelih 37 ekor unta , hingga semuanya genap 100 ekor unta. Beliau
memrintahkan untuk mengambil sebagian daging dari masing-masing unta, lalu
dimasak dan beliau memakan daging serta meminum kuahnya.
Dengan menunggang al-Qashwa beliau menuju Ka'bah
untuk thawaf ifadhah. Belia shalat Zhuhur di Mekah dan mendatangi Bani Abdul
Muththalib yang sedang meberi minum air Zam-zam (kepada jama'ah haji), sambil
bersabda: "Tariklah wahai Bani Abdul Muththalib! Kalau saja tidak ada orang yang
akan menguasai pemberian minum tersebut atas kalian, niscaya aku menariknya
bersama kalian."Lalou mereka memberikan seember air kepada beliau dan beliaupun
meminumnya (HR.Muslim)
Pada hari qurban atau tanggal 10 dzulhijjah waktu
Dhuha (hari mulai siang) beliau berpidato dari di atas punggung bighal
(keturunan dari keledai dan kuda) berwarna kelabu, sedangkan Ali radhiyallahu
'anhu menjadi penyambung lidahnya dan para jamaah saat itu ada yang berdiri
dan ada pula yang duduk .(HR.Abu Dawud). Beliau menyampaikan kembali apa yang
pernah beliau sampaikan kemarin.
Asy-Syaikhain (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan
dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu dia berkata:"Nabi shallallahu
'alaihi wasallam menyampaikan pidato kepada kami pada hari qurban. Beliau
bersabda:"Sesungguhnya zaman itu berputar seperti bentuknya saat langit dan bumi
diciptakan. Satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada empat bulan haram (mulia),
tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta
Rajab yang terletak antara Jumada (akhir) dan Sya'ban."
Beliau bertanya,"Bulan apakah ini (sekarang)?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini bulan Dzulhijjah?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Negeri apakah ini?"
Kam Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini negeri kalian?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Hari apakah ini?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini hari qurban?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bersabda,"Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan diri kalian adalah suci dan mulia seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada bulan kalian ini. Kalian akan menghadap Rabb (Allah), lalu Dia akan menanyakan amal-amal kalian. Ketahuilah, janganlah kalian menjadi kembali dalam kesesatan sepeninggalku, sehingga sebagian di antara kalian saling bunuh-membunuh. Ketahuilah, bukankah telah aku sampaikan ini semua?"
"Benar",jawab kami.
"Ya Allah, persaksikanlah. Hendaklah yang hadir menyampaikan/mengabarkan kepada yang tidak hadir, bisa jadi yang dikasih tahu lebih paham dari yang memberi tahu"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini bulan Dzulhijjah?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Negeri apakah ini?"
Kam Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini negeri kalian?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bertanya,"Hari apakah ini?"
Kami menjawab,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengtahui."
Kemudian beliau terdiam sejenak sehingga kami mengira beliau akan memberikan nama lain. Beliau berkata,"Bukankah ini hari qurban?"
"Betul",jawab kami.
Beliau bersabda,"Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan diri kalian adalah suci dan mulia seperti sucinya hari kalian ini, di negeri kalian ini, dan pada bulan kalian ini. Kalian akan menghadap Rabb (Allah), lalu Dia akan menanyakan amal-amal kalian. Ketahuilah, janganlah kalian menjadi kembali dalam kesesatan sepeninggalku, sehingga sebagian di antara kalian saling bunuh-membunuh. Ketahuilah, bukankah telah aku sampaikan ini semua?"
"Benar",jawab kami.
"Ya Allah, persaksikanlah. Hendaklah yang hadir menyampaikan/mengabarkan kepada yang tidak hadir, bisa jadi yang dikasih tahu lebih paham dari yang memberi tahu"
Dalam suatu riwayat disebutkan, beliau bersabda
dalam pidato itu," Ketahuilah, tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali akan
berakibat pada dirinya sendiri. Janganlah seseorang berbuat dosa terhadap
anaknya, dan tridak pula anak berbuat dosa terhadap orang tuanya. Ketahuilah,
sesungguhnya syetan telah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini
selama-lamanya. Tetapi dia akan ditaati dalam kaitannya dengan amal-amal yang
kalian remehkan, dan dia pun akan puas dengan hal ini."
Pada hari-hari Tasyriq beliau berada di Mina untuk
melaksanakan manasik haji lainnya (melempar jumrah dll) dan megajarkan syariat,
berdzikir kepada Allah, menegakkan sunnah-sunnah suci dari ajaran Ibrahim
'alaihissalam. Beliau menghapus sisa-sisa kesyirikan dan panji-panjinya. Beliau
juga berpidato pada salah satu hari dari hari-hari tasyriq ini.
Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan
dari Sira' binti Nabhan, dia berkata,"Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menyampaikan pidato pada kami pada hari ar-Ru'us, beliau
bersabda,"Bukankah ini adalah pertengahan hari-hari Tasyriq?"
Pidato beliau pada hari itu sama dengan pidato
pada hari qurban. Pidato ini disampaikan setelah turunnya surat an-Nashr.
Pada hari nafar kedua atau tanggal 13 Dzulhijjah
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan nafar dari Mina hingga tiba di kaki
bukit perkampungan Bani Kinanah. Beliau berada di sana menghabiskan sisa hari
itu dan malam harinya. Jadi beliau shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib dan 'Isya di
sana, lalu tidur sejenak, untuk kemudian meneruskan perjalanan menuju Ka'bah dan
melakukan thawaf wada'. Beliau juga memerintahkan para sahabat untuk melakukan
thawaf tersebut.
Setelah seluruh manasik haji dilaksanakan, beliau
memerintahkan untuk kembali ke Madinah, tanpa mengambil waktu untuk istirahat
agar perjuangan ini terasa murni karena Allah subhanahu wa ta'ala dan di
jalan-Nya.
Rangkuman Khutbah Rasulullah di Haji wada
a. Dihormatinya harta, darah, dan
kehormatan.
Ini sebenarnya merupakan garis demarkasi[1] antara Islam dan
sistem-sistem lainnya di muka bumi. Komunis saat ini umpamanya, menganggap
harta, kehormatan, dan darah adalah milik bersama. Sebaliknya kapitalisme,
menghalalkan kehormatan, memperbolehkan perampasan harta, dan penumpahan darah.
Kriteria hakiki bagi keberadaan Islam di muka bumi adalah terletak pada
pemeliharaannya terhadap darah, harta, dan kehormatan.
b. Pengharaman riba, yaitu kekejian di mana kezaliman meningkat sampai ke tingkat
memperbudak kaum fakir di muka bumi.
c. Keadilan, yaitu simbol Islam yang terutama di alam wujud ini. Dengan adanya
keadilan itulah tegaknya langit dan bumi. Demi keadilan itu pula, riba yang
pertama-tama dihapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Muththalib, paman Nabi
Muhammad saw. sendiri.
d. Pemeliharaan darah, yaitu dengan diadakannya perubahan hukum mengenai pembunuhan dalam
Islam menjadi sistem qishash.
e. Penghapusan berhala. Tegasnya, tidak akan ada lagi di negeri Arab, takkan ada lagi
patung-patung dan arca-arca yang disembah setelah datangnya kebenaran dan
musnahnya kebatilan. Hanya saja, setan masih bisa masuk dengan cara
menyelewengkan manusia dari istiqamah dalam menjalankan agama.
f. Pengharaman mempermainkan agama Allah.
Inilah masalah yang telah mengakibatkan timbulnya
pertarungan antara Islam dan kejahiliaan. Bagaimanapun juga, tidak ada hukum
selain hukum Allah. Dia telah memutuskan agar kamu tidak menyembah selain
kepada-Nya. Itulah agama yang lurus.
g. Hak laki-laki atas perempuan. Dengan adanya hak ini, sistem kemasyarakatan Islam menjadi nyata.
Jadi, wanita itu mengikuti laki-laki. Kepemimpinan atas wanita ada di tangan
laki-laki. Paham keluarga dalam Islam ialah, hendaklah wanita semata-mata untuk
suaminya. Dia tidak boleh berbuat kekejian yang nyata. Bila kekejian itu
terjadi, laki-laki berhak memaksa dan bertindak keras terhadap istrinya,
sekalipun harus memukulnya dengan pukulan yang tidak sampai membuatnya susah,
atau boleh juga menjauhinya di tempat tidur, atau memberinya nasihat yang
baik.
h. Hak wanita atas laki-laki, yaitu apabila wanita itu telah membatasi dirinya hanya untuk
suaminya, suami wajib memberinya belanja dan pakaian dengan cara yang baik. Dia
juga wajib mempergaulinya dengan baik. Hal ini adalah karena wanita adalah
amanat Allah di tangan laki-laki, yang dengan mengucapkan kalimat-kalimat Allah,
laki-laki itu menganggap halal farji mereka. Karenanya, hendaklah laki-laki
bersikap baik terhadap wanita.
i. Undang-undang negara didasarkan pada dua sumber utama,
yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Keduanya merupakan pedoman
hukum dan takkan sesat siapa pun yang senantiasa berpegang teguh dengan
keduanya.
[1] Demarkasi: batas pemisah; garis batas; batas antara dua
wilayah yang diuasai oleh dua pihak yang saling
bermusuhan.
0 komentar:
Post a Comment